Senin, 25 Februari 2013

Siapa Duga Aher-Deddy Mizwar Menang di Pilgub Jawa Barat?

foto: Antara/Rep
Selain tim suksesnya, banyak yang meragukan kalau pasangan Aher Demiz menang di pemilihan gubernur Jawa Barat meski baru sebatas quick count.

Aher relatif bukan orang populer. Dia gubernur 'biasa' yang sepi dari hiruk-pikuk media. Justeru survei2 politik menunjukkan Dede Yusuf selalu lebih unggul. Begitu pun Rieke. Dia jauh lebih dikenal, baik sebagai artis, bintang iklan, anggota DPR, dan aktivis buruh.

Dari sisi dukungan Parpol, Aher kalah jauh. Hanya didukung tidak lebih dari 25 perolehan kursi legislatif. Jauh di bawah Dede Yusuf yang mendapat dukungan lebih dari 40 kursi. Rieke dan Yance relatif berimbang. Artinya, kalkulasi politik Aher kalah. Apalagi di tengah upaya meningkatkan elektabilitas, PKS kena badai dengan ditetapkannya LHI, sang presiden partai tersebut sebagai tersangka dugaan korupsi impor daging sapi oleh KPK.


Kemarin sebuah majalah ibukota memuat cover foto Aher dengan judul yang 'panas' tentang dugaan korupsi Aher di Bank Jabar. Bahkan tim sukses Aher tadi malam dikabarkan membekuk pelaku black campaign yang bermaksud menyebarkan spanduk berisi 'promo' Majalah Tempo. Konon hal itu dilakukan atas suruhan salah satu Timses.

Kemenangan Aher memang tidak terlepas dari peran Deddy Mizwar. Ini tentu strategi politik. Kalau karena faktor artis semata, kenapa bukan Dede Yusuf yang lebih ganteng atau Rieke yang lebih cantik?

Selain faktor Deddy Mizwar, selama menjadi gubernur Aher juga bekerja. Dalam debat cagub/cawagub, Aher tidak sedang menghafal data, tapi dia menguasai data. Karena itu dia lebih unggul. Dia taktis mengemas jawaban. Berbeda dengan calon lain yang sering tergopoh-gopoh. Di sisi lain, PKS sebagai sebuah parpol pnya kontribusi besar. Tidak ada parpol di Indonesia yang punya massa sesolid PKS. Berbeda dengan demokrat yang sedang ditimpa masalah dan kader2nya justru saling bertengkar.

Inilah yang saya katakan, naiknya elektabilitas Rieke bisa mengancam Dede Yusuf. Apalagi ada sang maestro, Gubernur DKI Jokowi yang jadi jurkam. Yang jelas, kelompok pemilih keduanya sama. Jadi tinggal pada posisi yang mana. Rieke naik, Dede pasti turun. Begitu sebaliknya. Inilah yang menguntungkan Aher. Massanya tidak terganggu.

Tapi perhitungan manual blm selesai. Jika perhitungan manual membuat KPU memutuskan dua putaran, sangat besar kemungkinan Rieke menang dan Aher kalah. Bandingkan dengan pilpres putaran II yang membuat Megawati tumbang di tangan SBY. Atau Fauzi Bowo yang kalah TKO sama Jokowi.*** [Citra Yuda]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar