Rabu, 10 Agustus 2016

Urgensi Pembangunan Waduk Baru di Karawang Utara


Di Karawang Jawa Barat, setiap tahun jutaan kubik air terbuang sia-sia ke laut. Sebelum terbuang sia-sia, air yang berasal dari hulu Citarum itu ‘mampir’ ke kawasan sekitar daerah aliran sungai (DAS). Dampaknya, ribuan rumah terendam berhari-hari. Aktivitas masyarakat terganggu.

Di kawasan hilir yang sebagian besar lahan pertanian tak urung terkena dampak. Puluhan hektar sawah terendam banjir. Petani merugi karena banjir menyebabkan gagal panen.

Kondisi itu nyaris terulang setiap tahun dengan dampak kerugian yang terus meningkat.Terlebih dengan semakin meningkatnya kerusakan kawasan konservasi air baik di sekitar hulu maupun DAS Citarum.

Pemerintah bukan tidak melakukan langkah perbaikan. Normalisasi sungai melalui pengerukan (dredging) dan perbaikan tanggul-tanggul Citarum dilakukan. Upaya lain melalui penghijauan lahan-lahan kritis di kawasan hulu. Meski belum maksimal, upaya ini mampu meminimalisir meluapnya air Citarum ketika tiba musim hujan.




 Waduk Baru 

Banjir mungkin bisa diminimalisir dengan perbaikan-perbaikan seperti disebutkan di atas. Namun jutaan kubik air tetap saja mengalir dengan lancar ke laut. Padahal,  air dalam jumlah banyak tersebut sesungguhnya bisa dijadikan sebagai sumber pengairan lahan-lahan pertanian di kawasan utara Karawang.

Caranya yaitu dengan membangun waduk di kawasan utara Karawang untuk menampung jutaan kubik air di musim hujan yang biasanya langsung mengalir ke laut. Selain sebagai penampung jutaan kubik air dari Citarum di kala musim hujan, waduk juga bisa digunakan untuk mengantisipasi kekurangan air ketika musim kemarau.

Jika pembangunan waduk ini bisa dilakukan, produktivitas lahan-lahan pertanian di kawasan tersebut tentu akan meningkat. Jika saat ini dalam satu tahun hanya dua kali panen, dengan adanya waduk baru bisa tiga kali panen. Setidaknya, dari dua kali panen padi, satu kali panen palawija. Lahan pertanian pun bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin.

Untuk luas waduk yang perlu dibangun bisa dbandingkan dengan waduk Jatiluhur yang selama ini menjadi sumber pengairan utama di Karawang. Mengutip Wikipedia, Waduk Jatiluhur yang terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat merupakan bendungan terbesar di Indonesia yang luasnya mencapai 8.300 Ha. Bendungan ini memiliki potensi air sebesar 12,9 miliar m3/tahun dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia. Waduk Jatiluhur memiliki fungsi penyediaan air irigasi untuk 242.000 ha sawah (dua kali tanam setahun), bahan baku air minum, budi daya perikanan dan pengendali banjir yang dikelola oleh Perum Jasa Trita II.

Sedangkan data yang diperoleh dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyebutkan lahan pertanian Karawang seluas 94,075 Ha. Itu artinya, sekitar 40% air dari waduk Jatiluhur digunakan untuk mengairi lahan pertanian di Karawang. Karena itu, luas waduk yang dibangun pun paling tidak 25% luas waduk Jatiluhur.

Seperti halnya Jatiluhur, selain untuk lahan pertanian, waduk juga bisa digunakan sebagai sumber air minum, perikanan, pengendali banjir dan rekreasi.

Mencermati besarnya manfaat tersebut, selayaknya pemerintah bergegas merancang pembangunan waduk baru di Karawang Utara. Terlebih lagi dengan penyempitan lahan pertanian yang terjadi di Karawang Selatan sebagai dampak alih fungsi lahan yang dipicu pembangunan kawasan-kawasan industri.***