Bank Mandiri, Beragam Testimoni Untuk Sebuah Solusi

(foto:idjakarta.com)

“Dulu saya ragu mau pinjam modal ke bank. Takut ditolak,” ungkap Sofi, perempuan pedagang warung kecil di pinggiran Kota Purwokerto. Saat itu Sofi memang belum pernah meminjam ke bank. Dia hanya mendengar cerita dari tetangganya kalau pinjam modal ke bank itu urusannya ribet. Karena itu dia lebih memilih meminjam ke rentenir yang biasa disebut ‘bank keliling’ dengan cicilan yang sangat memberatkan.

Bayangkan saja, jika meminjam modal Rp 1 juta, maka setiap hari dia harus mengangsur sebesar Rp 20.000,- selama tiga bulan. Jika ditotal, jumlahnya mencapai Rp 1.800.000 atau 80 persen. Meski berat, dia terpaksa harus melakukannya untuk menambah modal warungnya tersebut. Di kalangan masyarakat, kasus yang dialami Sofi banyak sekali jumlahnya. Mereka terjerat utang pada rentenir berkedok ‘bank keliling’.

Kebutuhan menambah modal dalam waktu cepat membuat mereka mau meminjam dengan bunga yang sangat tinggi. Sekali meminjam uang, sulit untuk keluar dari jeratan tersebut. Kini pengalaman buruk berurusan dengan bank keliling sudah berakhir. Adalah Bank Mandiri yang memutuskan mata rantai tersebut. Dari informasi yang diperoleh dari teman-temannya sesama pedagang di pasar, Sofi memperoleh penjelasan jika meminjam modal ke Bank Mandiri tidak sulit. Berbekal informasi itu dia pun mendatangi kantor cabang Bank Mandiri dekat tempat tinggalnya. Benar saja, hanya dalam tempo tiga hari setelah mengajukan pinjaman dan melengkapi semua persyaratan, pihak Bank Mandiri mengabulkan permohonannya.


 “Waktu itu saya meminjam Rp 10 juta dengan jangka waktu 24 bulan, cicilan sekitar Rp 600 ribuan/bulan,” katanya. Dengan hanya menyisihkan Rp 20 ribu/hari, dia bisa mengangsur pinjamannya dengan bunga yang relatif rendah. Dia membandingkan, jika ke ‘bank keliling’, pinjaman sebesar itu tentu angsurannya bisa sampai tiga kali lipat setiap hari.

Alih KPR
Pengalaman kemudahan berurusan dengan Bank Mandiri juga dialami Dadang, karyawan sebuah industri tekstil di Karawang, Jawa Barat. Delapan tahun yang lalu, dia ditawari perusahaannya untuk mengambil rumah di salah satu perumahan di kota tersebut dalam bentuk KPR (Kredit Kepemilikan Rumah). Waktu itu pengambilan secara kolektif dengan bank yang sudah ditentukan pihak pengembang. Setelah semua persyaratan dipenuhi, akad kredit pun dilakukan.

Setelah berjalan hampir satu tahun, Dadang mulai membandingkan  Mandiri KPR  dengan bank yang memberinya pinjaman lewat KPR tersebut. Setelah dia bandingkan, ternyata bunga  Mandiri KPR relatif lebih rendah. Akhirnya dia memutuskan untuk mengalihkan KPR-nya (take over) ke Bank Mandiri.

(foto: kabarbankmandiri.blogspot.com)

Karena sebelumnya pernah mengurus KPR, dia pun tidak merasa kesulitan ketika harus mempersiapkan berbagai persyaratan. Proses take over kredit pun berjalan dengan lancar. Kini sudah lebih dari tujuh tahun Dadang menggunakan   Mandiri KPR. Dengan pemotongan langsung dari rekeningnya, dia pun bisa melakukan pembayaran secara tepat waktu.

Biaya Kuliah
Diterima kuliah di salah satu universitas negeri di Semarang, Jawa Tengah sungguh merupakan suatu kebanggaan bagi Ahmad. Namun apa daya, dia harus membayar uang kuliah dalam jumlah yang besar. Waktu pembayaran pun sudah ditentukan paling lambat dua minggu sejak pengumuman diterima sebagai mahasiswa.

Di tengah kebingungan itu, dia menghubungi kakaknya yang bekerja di sebuah terminal petikemas di Jakarta. Meski dalam waktu yang mepet, sang kakak menjanjikan akan berupaya untuk membantu menyediakan biaya kuliah sang adik. Lagi-lagi Bank Mandiri hadir menjadi penyelamat. Secara kebetulan, sang kakak membaca pesan singkat (SMS) di layar HP-nya tentang Kredit Tanpa Agunan (KTA) Bank Mandiri (Mandiri KTA). Sang kakak teringat kalau dia sudah lebih dari lima tahun menjadi nasabah Bank Mandiri. Selain itu, dia pun sudah memiliki Mandiri Kartu Kredit dari bank tersebut. Bahkan setiap bulan perusahaannya mentransfer gaji melalui rekeningnya di Bank Mandiri.

 Sang kakak pun menghubungi nomor telepon yang tercantum dalam SMS tersebut. Pembicaraan singkat pun dilakukan. Hingga kemudian sang kakak diminta menyiapkan sejumlah persyaratan. Tanpa memakan banyak waktu, proses pengajuan KTA pun berlangsung relatif cepat. Akhirnya, kebutuhan dana untuk membayar kuliah sang adik bisa dipenuhi melalui KTA Bank Mandiri..

Masa Depan
Cerita lain tentang layanan Bank Mandiri dituturkan Agus Supriyatno, sosok yang kesehariannya bekerja sebagai pemasok catering untuk sebuah perusahaan logistik di Jakarta Utara. Dia sudah menjadi nasabah Bank Mandiri sejak sepuluh tahun yang lalu. Belakangan dia merasa perlu menabung untuk masa depan yang lebih baik. Bagaimanapun saatnya nanti dia ingin menjalin relasi yang lebih banyak lagi dengan para pelanggannya.

Kelak jika relasinya sudah bertambah banyak, dia tentu membutuhkan modal yang tidak sedikit. Dari brosur yang diperolehnya di Bank Mandiri, dia tertarik dengan program Mandiri Tabungan Rencana yakni tabungan dengan jumlah setoran tetap dalam jangka waktu tertentu dan bunga yang lebih tinggi dari tabungan biasa. Sesuai dengan harapannya, dia pun mengikuti program tersebut. Kelak setelah berjalan lima tahun, dia berharap tabungannya akan bertambah besar dan bisa dijadikan sebagai modal pengembangan usaha catering yang selama ini dijalaninya. Jika ada kekurangan modal, dia pun berencana mengajukan pinjaman modal.

Bank Mandiri Saja

Sejatinya, ribuan testimoni bisa dihadirkan tentang berbagai pengalaman para nasabah Bank Mandiri dalam memenuhi berbagai keinginan masing-masing. Semuanya bermuara pada solusi yang sangat membantu bagi para nasabahnya. Melalui berbagai inovasi layanan  produk yang ditawarkannya, Bank Mandiri hadir menjadi satu-satunya bank terbesar yang menjadi sahabat terdekat dari masyarakat Indonesia dalam memenuhi berbagai kebutuhan sebagaimana motto yang selama ini begitu akrab di telinga masyarakat Indonesia, “Apapun keinginan Anda, Mandiri Saja”.*** [Karnali Faisal]