Rabu, 05 Juni 2019

Pejabat dan Perilaku Korupsi



Pakar Hukum Winarno menyebut para Pejabat Indonesia paling banyak terlibat masalah hukum atau korupsi dibanding pejabat di negara-negara lain di dunia.

”Kendati Indonesia urutan ketiga negara terkorup di dunia, namun pejabatnya yang paling banyak bermasalah dan sudah menjalani proses hukum,” katanya 

Pengamatan selama tiga tahun terakhir sudah ribuan pejabat baik dari legislatif, eksekutif, bahkan yudikatif yang terjerat dalam hukum yang sebagian besar terlibat tindak korupsi.

Penyebab tingginya jumlah pejabat yang terlibat hukum itu, menurutnya karena tiga warisan kurang baik yang ditinggal pemimpin terdahulu seperti warisan hukum, warisan budaya dan warisa mental.
Tiga warisan yang ditinggal pemimpin terdahulu itu kini kian kronis, sehingga untuk menyembuhkannya perlu kekuatan besar dan progresif.

Perlunya kekuatan besar dan luar biasa untuk menekan korupsi di Indonesia, karena budaya korupsi di Indonesia juga kuat dan mengakar hingga ke lapisan yang paling bawah.

Tindakan progresif yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini perlu didukung semua pihak, supaya kekuatan yang dimilikinya kian besar.

Risiko dari tindakan progresif yang dilakukan KPK itu banyaknya korban dari pejabat atau pemimpin yang dinonaktifkan, namun itu harus dilakukan jika Indonesia ingin bersih dari tindakan korupsi.
Soal korupsi sangat mungkin kita bosan membahasnya. Tidak saja faktanya tak pernah surut, juga terjadi di sekeliling kita. Bahkan tidak jarang kita tahu tapi malah mendiamkan. Bisa jadi ikut makan, karena kasihan terhadap kawan sendiri, dia "orang kita", masa bodoh, atau tidak mau berperkara karena berarti merepotkan diri sendiri.

Kita agaknya sepakat dengan pakar hukum itu. Sebab, jika koruptornya kalas teri, sama seperti maling ayam, mudah ditangkap, tapi memperkarakan maling ayam kita bisa kehilangan kambing, atau bahkan sapi sekadang. Ini persoalan njlimet dan terlalu ruwet untuk dipikir rakyat kecil.

Lebih dari itu, jika yang korupsi pejabat menjadi sulit diberantas, karena meskipun bawahannya tahu akan takut dipecat, dimutasi. atau bahkan balik diperkarakan dengan aneka tudingan dan pasti kalah kuat segalanya. Fakta inilah yang memungkinkan korupsi di Indonesia sulit dibasmi, justru karena pejabatnya yang menjadi aktor utama penggerogot uang negara, perusahaan, atau lembaga, maupun institusi.

Rakyat kadang malah senang jika ada pejabat yang terlibat konflik karena jika lawannya berani, pasti akan berperang atau membuat perangkap untuk menjatuhkan lawan. Bukan berarti rakyat berpikir jelek, namun karena merasa tidak mungkin bertindak dan mereka tahu gajah harus dilawan dengan gajah.

Adalah masuk akal jika pemerintah benar-benar ingin bersih dan berwibawa satu-satunya jalan harus memberangus tindak pidana korupsi, dan hukum berserta insan-insan penegak hukumnya harus berpihak pada pemberantasan korupsi. Hanya saja kita tahu memberantas korupsi tidak seperti mencuci baju, kita bisa kotor dan baru mandi kemudian, tapi kita harus mandi baru memberantas korupsi.***