Selasa, 06 November 2012

Kupu-kupu

Sekumpulan ulat di dahan sirsak. Lalu datanglah seekor kupu-kupu menghampiri mereka.
"Wow sayapnya indah sekali..." Ulat-ulat itu berteriak.
Kupu-kupu tersenyum dan berkata, "aku ini ibumu.."
"Bunda?.." Mereka terperangah. Tidak menyangka ibunya ternyata kupu-kupu cantik dengan sayap yang indah.

 
"Kami juga ingin seperti Bunda," kata ulat-ulat itu.
"Kalian semua bisa seperti Bunda selama kalian mau berpuasa.."
"Puasa, Bunda?"
"Iya puasa. Kalian hrs ingat daun sirsak di pohon ini terbatas. Suatu saat pasti habis. Selama puasa itu kalian harus tahan godaan.."
"Kalau makan sedikit, Bunda?"
"Tidak bisa, anakku. Kalian tidak boleh makan meski sedikit. Kelak saat berpuasa kalian akan mengeluarkan liur yang akan menutup tubuh kalian dan menjadi kepompong. Ingat anakku selama puasa itu kalian harus tahan semua godaan.."
"Lalu apa yang kami lakukan saat di dalam kepompong, Bunda?"
"Tetaplah berpuasa, maka kelak akan muncul kaki, sayap dan belalai untuk menghisap madu. Sudah ya, Bunda akan terbang untuk menikmati indahnya panorama alam."
Sesaat kemudian, terbanglah kupu-kupu itu meninggalkan ulat-ulat itu. Sepeninggal kupu-kupu, mereka berdebat. Antara percaya dan tidak. Yang percaya menjalankan puasa, sedangkan yang tidak tetap makan seperti biasa. Menghabiskan daun-daun sirsak. Yang berpuasa mencoba melawan godaan hingga membentuk kepompong dan dari kepompong itu menjadi kupu-kupu yang indah. Terbang bebas menghisap madu dan menikmati kebahagiaan. Sedang yang tak mau berpuasa mereka ingin juga terbang, tapi tak bisa akhirnya jatuh dan mati. 
Begitulah Tuhan menggariskan fitrah kehidupan. Bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa dicapai dengan perjuangan. Bukan sekadar menunggu belas kasihan orang.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar