BAHAN bakar
minyak (BBM) dunia sebetulnya sudah kritis. Tidak saja karena BBM tidak bisa
ditumbuhkembangkan juga karena persediaan dari bahan sumberdaya alam ini
menipis drastis.
Mengingat
sektor transportasi merupakan penyerap terbanyak dan tercepat dari produk BBM
amat wajar jika masyarakat akhirnya tergiring untuk berpikir tentang enerji
alternatif. Mereka memiliki kesadaran untuk memakai bahan bakar pengganti yang
ramah lingkungan, dan terutama tidak membuat konsumen menyesal memakainya.
Pilihanya jelas jatuh pada biofuel, alias BBN (Bahan Bakar Nabati).
Pilihan ini
sangat tepat bagi Indonesia karena negeri ini negeri agraris, dan kepulauan
yang luas terpencar-pencar. Tidak saja kaya sumber daya alam, namun bahan
pembuat BBN bisa ditanam ulang alias tidak akan habis sebagimana BBM. Lebih
dari itu masyarakat kita di pedesaan sampai industri pengolahan BBM akan mampu
menyediakan lapangan kerja baru yang luar biasa besar dan luas jangkauannya.
Mengapa
Harus Bioenerji?
Indonesia
sebagai negara kepulauan yang terdiri lebih dari 17.000 pulau (pulau besar dan
kecil), memiliki banyak area yang tidak dapat dijangkau oleh jaringan nasional
(national grid) atau sulit untuk dijangkau oleh energi modern.
• Bioenergi
merupakan sumber energi yang berbasiskan sumber daya energi setempat/lokal dan
potensinya (biomassa, tanaman penghasil energi, limbah pertanian, limbah
ternak, dan sampah kota) tersedia di seluruh Indonesia yang dapat dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan energi (listrik dan non listrik).
• Teknologi
di bidang bioenergi merupakan teknologi yang proven.
• Mayoritas
pembangkit listrik yang ada di Indonesia adalah pembangkit listrik yang
berbasis energi fosil yang mengeluarkan emisi gas rumah kaca yang tinggi.
• Bioenergi
merupakan ENERGI BERSIH karena dalam proses penyediaan dan pemanfaatannya
menghasilkan emisi yang sangat kecil bahkan tidak ada emisi.
• Perubahan
iklim telah menjadi isu global – semakin besar pemanfaatan bioenergi, semakin
besar emisi yang dapat dikurangi.
Perkembangan
Biofuel
Saat ini
biogas berkembang pesat namun masih belum bisa diakses masyarakat secara mudah
karena baru diproduk secara sporadis atau baru untuk memenuhi kebutuhanlokal.
Apalagi potensi bahan baku biogas di Indonesia sebagian besar berasal dari
kotoran ternak dan bahan organik yang lain.
Berdasar data
di Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral), Indonesia memiliki jumlah
hewan ternak sebagai bahan baku biogas yang cukup besar, antara lain 13 juta
ternak sapi perah dan sapi pedaging, serta sekitar 15,6 juta ternak kambing.
Potensi ternak
tersebut setara dengan 1 juta unit digester biogas (2.3 juta SBM). Indonesia
juga memiliki potensi limbah biomassa yang besar yang berasal dari limbah
pertanian, perkebunan, dan sampah perkotaan yang sangat potensial sebahai bahan
bakar untuk pembangkit listrik.
Berdasar
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 Tnteng Enerji, prioritas pengembangan
dan pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan salah satunya bioenergi
Kini minyak
nabati seperti minyak kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, nyamplung, kemiri sunan,
mikro alga serta minyak hewani bisa digunakan sebagai pengganti solar.
Tanaman yang
mengandung pati/gula seperti tebu, singkong, sagu, sorgum, dan ligno selulosa
sebagai pengganti bensin. Minyak nabati, biomass melalui proses pirolisa dan
PPO (Pure Plant Oil) bisa jadi pengganti minyak tanah/diesel.
Kini tinggal
pemanfaatannya. Terutama kesiapan calon konsumen untuk beralih secara cerdas
untuk memakai biofuel karena pertimbangan-pertimbangan rasional dan
proporsional sesuai tuntutan zamannya.
Kini biofuel
banyak dibuat dari bahan alami yang lebih variatif. Biofuels yang mendapatkan
perhatian publik dan ilmiah meningkat, didorong oleh faktor-faktor seperti
kenaikan harga minyak dunia, dan kebutuhan untuk meningkatkan keamanan energi.
Seandainya
bio-fuel dikembangkan untuk keperluan konsumsi dalam negeri, maka diperkirakan dapat menyerap 3-5 juta lapangan kerja. Di samping itu juga
akan mengurangi subsidi penggunaan BBM minimal 10%, menghemat devisa senilai US
$ 10 milyar, dan membudidayakan lahan 5 juta hektar.
Kebutuhan
Transportasi
Sektor
transportasi merupakan sektor yang paling banyak menghabiskan BBM, apalagi
industri motor dan mobil seperti tak terkendali akibat permintaan pasar yang
terus meningkat (sekitar dua juta unit/tahun). Mau tidak mau konsumen kendaraan
bermotor menjadi pemakai BBM yang harus diberdayakan untuk berganti BBN. Tidak
saja karena ramah lingkungan, juga permukaan bumi kita bisa lebih kecil
pencemaran lingkungannya.
Yang utama
kita bisa lebib siap menyelamatkan bumi kita dari galian atau eksplorasi minyak
yang luar biasa besar dan luasnya di darat maupn di laut.
Biofuel
disediakan 2,7% dari bahan bakar dunia untuk angkutan jalan, kontribusi
sebagian besar terdiri dari etanol dan biodiesel.
Mestinya
dari data dan faka ini cukup membuat pemilik kendaraan untuk berpaling memakai
BBN. Sebab, memakai biofuel memang nggak bakal nyesel, karena tidak
mempengaruhi unjuk kerja kendaraan, maupun kerusakan mesin. Hari ini kita harus
mulai!***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar