Kabinet
Indonesia Maju baru saja diumumkan Presiden Jokowi. Yang kita perlu garisbawahi
adalah keberhasilan para menteri tergantung pada sejauh mana para pejabat di
sekelilingnya bisa menjalankan program-program sang menteri.
Dulu, kita ingat
pernyataan mantan Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono bahwa kualitas sumber
daya manusia jajaran eselon I di Indonesia lebih hebat kualitasnya jika
dibandingkan dengan Singapura namun tidak memiliki sistem kelembagaan yang
baik.
Dalam sebuah
diskusi yang diselenggarakan oleh Presiden University tersebut diikuti oleh
kalangan bisnis di Indonesia dan luar negeri. Menurut Juwono, para eselon I di
Indonesia tersebut karena tidak ada sistem kelembagaan yang baik maka mereka
tidak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan. "Ke depan sistem
kelembagaan ini harus terus dibangun dan harus dibangun lintas agama, suku
maupun ras," kata Juwono.
Indonesia,
tambahnya memiliki banyak keunggulan selain di bidang SDM juga sumber daya alam
maupun energi. Karena itu, tambah Juwono untuk keunggulan-unggulan tersebut
harus terus dipupuk dan digali. "Kita buat pulau-pulau unggulan (Cluster).
Saat ini ada sekitar 30 persen pulau-pulau unggulan di Indonesia," kata
Juwono.
Yang
dimaksud dengan pulau unggulan adalah adanya daerah-daerah yang telah bisa
mengelola dengan baik dan memiliki unggulan.
Kita angkat
pernyataan Yuwono ini karena masalah pembinaan sumber daya manusia tidak begitu
banyak dipedulikan oleh para pemimpin dinegeri ini. Sepertinya mereka selalu
menerima tenaga kerja siap pakai yang tahu soal kepemimpinan, manajemen, dan
sistem kelembagaan, padahal di lapangan banyak pejabat, apalagi orang awam,
yang tidak benar-benar tahu tetek-bengek yang lengkap tentang apa itu
organisasi, admisnistrasi dan bagaimana kelembagaan itu harus berjalan secara
benar sehingga otomatis akan menghasilkan interaksi yang sinerji dan sinkron.
Kita
berharap pemerintah serius membenahi manajemen pemerintahan, kelembagaan, baik
didukung dan berjalan karena lintas agama, etnis, maupun ras, atau solidaritas
korps. Yang penting serius sehingga PNS tahu benar "tupoksi"-nya dan
menjadi penghayatan hidup yang menjadi bisa menular kepada publik. Bukan malah
menjadi aparat negara yang mengakali rakyat, memperkaya diri sendiri, dan
membuar wabah korupsi.
Dalam bahasa
lain, Yuwono barangkali menghendaki pejabat yang mandiri bukan orang yang
selalu bergantung pada atasan. Sepanjang atasannya tidak suka dijilat mungkin
terbuka jalan. Syukur bisa menemukan ruang untuk mengaktualisasikan diri
sehingga proses kreativitas dan produktivitas dirasa ada manfaatnya bagi diri
sendiri, bagi publik, maupun agamanya. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar