Tokoh ulama KH
Solahudin Wahid (Gus Solah) pernah mengakui mengakui dirinya bersemangat untuk menyebarkan
"virus" pemimpin amanah.
"Amanah
itu sama dengan integritas, kepercayaan publik terhadap si pemimpin ini,” kata
mantan wakil ketua Komnas HAM itu.
Adik kandung
almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu, mematok syarat untuk menuju amanah
adalah transparansi, kejujuran, berani, bertanggung jawab, dan juga
berkarakter.
"Tanggung
jawab pemimpin itu seperti William Suryajaya (boss Astra) yang rela menjual
sahamnya untuk menutup kebangkrutan perusahaan sang anak, sehingga dia
menjadikan sahamnya yang sangat kecil. Tapi itulah tanggung jawab,” katanya
menegaskan.
Mantan ketua
Tanfidziyah PBNU itu mengemukakan, kejujuran juga merupakan syarat yang tak
bisa ditawar.
"Jujur
itu mata uang di dunia dan akhirat. Kalau syarat tambahan adalah percaya diri,
adil, komunikatif, punya visi, kepedulian, ketegasan, ketekunan, semangat,
kedisplinan, hemat, keiklasan, dan `punctuality` (ketepatan perhitungan),”
katanya.
Tapi, kata
cucu pendiri NU Hadratusyeikh KHM Hasyim Asy‘ari itu, para ahli genetika
percaya bahwa para pemimpin harus mempunyai gen O.
"Gen
yang diyakini membawa sifat `open mind` itu adalah selalu mempunyai minat,
terbuka terhadap hal-hal baru, kritis, fleksibel, dan menyukai orisinalitas,”
katanya.
Kita tidak
hendak berdebat tentang kriteria pemimpin yang amanah karena tiap orang akan
beda sikap dan pemikirannnya selaras dengan pengalaman hidup yang dialami.
Meski demikian kita sepakat ada kriteria umum yang berlaku universal meski
sebagai agamawan tentu Gus Solah juga tahu betul spesifikasinya.
Nampaknya
Gus Solah memang bicara soal kepemimpinan umum di berbagai strata kehidupan
masyarakat maupun kenegaraan. Kita sepakat bahwa kejujuran adalah modal untuk
melangkah pada sifat dan sikap amanah. Jika manusia indonesia itu jujur, maka
ia akan adil dan pintar.
Kita katakan
jujur modal kepintaran karena jujur membawa orang pada sikap netral yang
pemikirannya tidak akan bias. Pemikiran yang tidak bias akan mengatar orang
berpikir lurus dan adil, tidak mencla-mencle dan terutama tidak akan berbuat
nakal atau jahat. Sebab, setiap perbuatan jahat atau nakal pasti perbuatan
tidak adil, tumbuh dari hati yang keruh, dan tidak toleran pada sesama. Ini
bukan perbuatan pintar tapi licik.
Jika saja
dunia pendidikan di Indonesia berhasil menanamkan sifat jujur sebagai pegangan
hidup, tentu negeri kita tidak penuh koruptor, ataus orang yang tidak jujur dan
tidak santun menghormati sesama, alias rakus dan menghalalkan segala cara.
Kita titip
pesan pada Gus Solah agar ia juga terus menyebarkan virus hidup santun, apalagi bagi
pemimpin sehingga makin banyak orang terpelajar makin santun kehidupan
masyarakat kita, tidak malah makin banyak koruptor.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar