Hati-hati, Terlalu Banyak Makan Cemilan Bisa Bikin Otak Rusak!

ANDA gemar makan makanan cemilan, berhati-hatilah! Pasalnya suka mengkonsumsi makanan kecil dalam jumlah besar bisa membuat orang jadi ketagihan, sama halnya seperti kecanduan kokain. Berbagai hasil riset menunjukkan bahwa makanan olahan dan minuman bergula bukan hanya tidak menyehatkan tubuh, tapi juga merusak otak.

Pemeriksaan scan di otak pada orang-orang gendut dan pemakan kompulsif  menunjukkan adanya gangguan pada bagian tertentu di otak. Gangguan ini serupa dengan yang dialami para pecandu obat bius.

"Kami menemukan banyak tumpang-tindih antara obat-obatan di otak dan makanan di otak,"ujar Nora Volkow, direktur United States National Institute on Drug Abuse. Namun para eksekutif perusahaan dan pelobi menyanggah bahwa riset ini tidak terbukti. Menurut CEO PepsiCo Indra Nooyi, tidak ada yang salah dengan apa yang ia sebut sebagai makanan menyenangkan asalkan dimakan pada tingkat sedang.

Tak seorangpun menyangkal bahwa obesitas adalah masalah global. Di Amerika, sepertiga orang dewasa dan 17 persen remaja dan anak-anak tergolong bertubuh gendut. Mulai dari Amerika Latin, Eropa hingga negara-negara di Kepulauan Pasifik, tingkat obesitas juga meningkat.

Biaya untuk masyarakat juga bertambah. Studi tahun 2009 terhadap 900.000 orang yang dipublikasikan di The Lancet, menunjukkan bahwa obesitas tingkat sedang dapat menurunkan harapan hidup antara dua hingga empat tahun. Obesitas dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, beberapa jenis kanker, osteoartritis, gangguan tidur apnea, dan stroke, demikian data dari Pusat untuk Pengendali Penyakit dan Pencegahan CDC.

Gula dan lemak selalu terdapat di dalam makanan yang dikonsumsi manusia dan tubuh terprogram untuk menginginkannya. Yang berubah adalah cara pengolahan  modern yang menghasilkan menghasilkan makanan dengan tingkat kepekatan gula, lemak tak sehat dan tepung halus, tanpa mengandung serat atau nutrisi. Konsumsi makanan olahan dalam jumlah besar dapat mengubah kemampuan otak.

Perubahan itu sangat mirip dengan orang yang kecanduan. "Kecanduan adalah sebuah istilah, meski ada aspek-aspek dalam makanan modern yang dapat menghasilkan perilaku yang mirip dengan kecanduan," ujar peneliti Harvard, David Ludwig, direktur New Baltimore Foundation Obesity Prevention Center di Rumah Sakit Anak Children's Hospital Boston. Makanan yang banyak diolah bisa menyebabkan lonjakan dan penurunan cepat kadar gula darah, peningkatan selera makan.

Edukasi, asupan makanan, dan obat untuk mengobati obesitas terbukti kurang efektif dan ilmu baru tentang obesitas bisa menjelaskan alasannya. Dalam suatu studi tahun lalu yang dilakukan peneliti di University of Texas di Austin dan Oregon Research Institute, para peneliti melakukan penelitan untuk mempelajari perilaku manusia. Responden yang terdiri 26 wanita gendut menjalani scan magnetik resonance imaging MRI saat mereka menghirup milkshake yang terdiri es krim dan sirup coklat.

Enam bulan kemudian, peneliti melihat penurunan, aktivitas pada striatum, daerah di otak yang mencatat ganjaran ketika mereka menghirup milkshake untuk kedua kalinya. Peneliti di Broohaven National Laboratory di New York dapat memetakan kadar reseptor dopamine di otak pada 10 relawan bertubuh gendut. Dopamine adalah zat kimia yang diproduksi di otak yang mensinyalkan ganjaran. Pemicu alami dopamine termasuk olahraga dan aktivitas seksual. Tapi obat seperti kokain dan heroin juga dapat merangsang zat kimia dalam jumlah besar.

Namun tak semua peneliti yakin akan hasil penelitian itu. Psikolog dan Swansea University David Benton  menerbitkan sanggahan, yang sebagian dananya dibiayai World Sugar Research Organisation, yang termasuk di dalamnya perusahaan Coca-Cola, produsen soft drink terbesar di dunia. Dalam sanggahannya, ia mengatakan bahwa makanan tidak menghasilkan jenis dopamine sama seperti yang dikeluarkan dari obat bius. Ia juga bersikukuh bahwa pemblokiran beberapa reseptor otak tertentu tidak menghasilkan gejala-gejala menarik diri  pada orang yang makan rakus hingga lepas kendali seperti halnya pada pecandu obat bius.

Pengetahuan akan ilmu kecanduan jelas sangat mempengaruhi industri makanan dan minuman senilai 1 triliun dolar AS. Duapuluh delapan studi ilmiah tentang kecanduan makanan telah terbit tahun ini, menurut data dari, National Library Of Medicine di Amerika. Tak heran bila para ahli menganjurkan bahwa cara terbaik untuk menangani obesitas adalah melalui berbagai kebijakan relawan dan pilihan lebih sehat. Taktik sama bekerja efektif pada industri rokok puluhan tahun lalu.(tst/meidia)