Sabtu, 15 Desember 2012

Penyebaran HIV/AIDS di Indonesia: Berkaca Pada Afrika

Kampanye HIV/AIDS (Foto: Pemkotsolok.net)
Kantor tempat saya bekerja berdekatan dengan kafe-kafe yang mulai buka dari jam 7 malam sampai jam 3 pagi. Terletak di sebuah jalan raya yang besar, setiap malam kafe-kafe itu tampak ramai dengan pengunjung. Suara musik dari kafe tersebut kadang terdengar sampai ruang kerja saya.

Jika bekerja hingga larut malam, saat keluar kantor saya sering menyaksikan perempuan-perempuan muda berdandan menor di pelataran kafe tersebut. Sekadar merokok atau menunggu tamu yang datang.

Seorang teman kerja saya pernah bercerita perempuan-perempuan di kafe tersebut sebenarnya bukan karyawan tetap di situ. Mereka karyawan yang berstatus freelance. Penghasilan mereka hanya mengandalkan tips dari tamu serta komisi dari makanan atau minuman yang dibeli tamu di kafe tersebut. Tidak ada gaji pokok maupun tunjangan lain.


Yang mencengangkan, masih menurut cerita teman saya, perempuan-perempuan itu tidak hanya menemani tamu. Jika ada yang ‘berminat’, mereka juga bisa di-booking. Tidak di kafe itu, tapi di hotel-hotel yang terdapat di sekitar jalan raya tersebut. Tuntutan kebutuhan hidup yang besar di Jakarta seringkali menjadi alasan klasik mereka melakukan praktik tersebut.

Mendengarkan cerita teman tersebut, saya teringat dengan banyak tulisan tentang praktik-praktik prostitusi ilegal. Penyebaran virus HIV/AIDS mengancam kehidupan perempuan-perempuan tersebut. Rendahnya kesadaran mereka untuk melindungi diri dari penyakit tersebut membuat ancaman tertular semakin besar. Mereka pun tidak punya keberanian untuk meminta pasangannya mengenakan kondom saat berhubungan dengan intim. Padahal, kondom bisa disebut sebagai benteng terakhir mereka melindungi dari penyakit tersebut.

Satu tahun yang lalu, saya pernah membaca artikel di sebuah situs online. Di situ disebutkan bahwa sekitar satu juta laki-laki di Jakarta merupakan pelanggan pekerja seks komersial (PSK). Dari jumlah tersebut, 20 persen telah beristri dan berpotensi besar menularkan virus HIV kepada istrinya. Data yang diperoleh dari hasil survei Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dengan 40 LSM itu menunjukkan bahwa fenomena penyebaran HIV/AIDS cukup mengkhawatirkan.

Masih menurut data yang sama, selain faktor hubungan seksual yang tidak sehat, penularan HIV/AIDS di Jakarta juga dipicu oleh penggunaan NAPZA, jarum suntik dan hubungan seks sesama jenis.
Tahun 2012 ini, di Jakarta terdapat 6.299 Orang Dengan HIV/AIDS. Dari jumlah tersebut, jumlah terbesar atau sekitar 23 persen di antaranya berasal dari Jakarta Timur. Karena itu, Komisi Penanggulan AIDS Provinsi DKI Jakarta (KPAP DKI), memilih Jakarta Timur sebagai tempat penelitian dalam rangka "Menuju Asia Pasifik Getting to Zero". Langkah KPAP dalam program itu adalah menyediakan konselor untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan HIV/AIDS.  Selain itu, akses kesehatan akan dibuat lebih banyak, salah satunya dengan menambah empat puskesmas Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM).

Sebagai catatan tambahan, PTRM berangkat dari hasil uji coba yang dilakukan WHO. Dari uji coba tersebut diketahui bahwa penyebab meningkatnya kasus HIV/AIDS terutama diakibatkan penggunaan narkoba dengan bertukaran jarum suntik secara sembarangan. Di Jakarta, 68% dari pasien yang berobat ke RSKO (Rumah Sakit Ketergantungan Obat) merupakan pengguna jarum suntik (penasun) dimana 72% dari jumlah tersebut sering menggunakan jarum suntik bekas dan 59% saling tukar jarum suntik.

Apakah HIV/AIDS?
HIV merupakan singkatan dari human immunodeficiency virus.  HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages– komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh

Sedangkan AIDS merupakan singkatan dari Acquired ImmunoDeficiency Syndrome yakni gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi yang disebaban HIV merupakan penyebab dari penyakit ini. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.

Data pada Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan AIDS telah menewaskan lebih dari 25 juta orang antara tahun 1981 dan 2007, dan 33,2 juta orang di seluruh dunia diperkirakan hidup dengan HIV pada 2007, menjadikannya salah satu epidemi yang paling merusak dalam sejarah. Untuk mencegah penyebaran virus AIDS, WHO menegaskan pentingnya kesehatan seperti pemakaian kondom pada pria dan wanita, pelumas dan jarum suntik yang bersih dan untuk pencegahan efektif penularan HIV, berkualitas tinggi dan bebas stigma perawatan kesehatan dan layanan pencegahan.

Berdasarkan Program Bersama Perserikatan Bangsa Bangsa tentang HIV/AIDS 2012 (UNAIDS), epidemi HIV di Asia dan Pasifik tetap sebagian besar terkonsentrasi di antara orang-orang yang menyuntikkan narkoba, dan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki dan pekerja seks.

Kalangan aktivis peduli HIV/AIDS menyebutkan terdapat tiga cara agar tidak terjangkit penyakit HIV/AIDS yakni ABC (Abstinence, Be Faithful, Condom). Abstinence berarti tidak berhubungan seks, Be Faithful yakni setia pada pasangan serta Condom (penggunaan kondom saat berhubungan seks).

HIV/AIDS di Indonesia
Data yang dikutip BBC Indonesia (1/12) dari Kementerian Kesehatan menyebutkan sejak tahun 1997 sampai September 2012 kasus HIV AIDS di Indonesia secara kumulatif mencapai 120.000 orang sejak 1997 sampai September 2012. Penyebarannya semakin semakin meluas di 33 provinsi dan 341 kabupaten/kota.

Dari jumlah tersebut, jumlah perempuan yang terinfeksi HIV sekitar 35 persen, dan terus mengalami peningkatan. Ironisnya, dibandingkan PSK (Pekerja Seks Komersial), lebih banyak ibu rumah tangga yang terdeteksi mengidap virus HIV. Hal ini karena mereka tertular dari suaminya  Menurut Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, salah satu faktor meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS karena kurangnya kesadaran pemakaian kondom di kelompok yang berisiko seperti PSK.

Menurut menteri, penggunaan kondom pada kelompok berisiko minimal harus mencapai 80%, dengan demikian transmisi baru penularan HIV bisa dicegah. Jika pencegahan tidak dilakukan diperkirakan kasus baru HIV bisa mencapai 76.000 per tahun. Hingga September 2012, jumlah penderita AIDS mencapai 3.541 orang, turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 6.187 orang. Sementara jumlah pengidap HIV turun dari 21.031 orang menjadi 9.883 orang. Saat ini, menurut dia, 81,8% penularan HIV baru berasal dari perilaku seksual berisiko dan 12% dari penggunaan alat suntik narkoba.

Epidemi

2 dari 3 orang hidup dengan HIV/AIDS (trinityyoots.com)
Tidak bisa dipungkiri, meningkatnya jumlah pekerja seks komersial semakin menambah kekhawatiran meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS. Ini seperti mengingatkan kita pada kasus yang sama di negara-negara Afrika. The Washington Post dalam salah satu artikelnya menyebutkan hingga AIDS makin menjadi ancaman di negara-negara miskin tersebut. Uganda, Zimbabwe, Ethiopia, Afrika Selatan dan negara-negara lainnya hingga kini masih berkutat dengan persoalan tersebut.

HIV yang ‘ditemukan’ di Afrika tengah menjelang abad ke-20 terus berkembang ketika pengaruh kolonialisme masih merajalela. Hal ini kemudian diperparah dengan terjadinya perubahan sosial yang ditandai dengan tumbuhya ‘peradaban’ kota yang mengenyampingkan nilai-nilai tradisional terutama yang berkaitan dengan nilai moral. Pada gilirannya, kondisi ini seperti embrio dari semakin meningkatnya penyebaran HIV/AIDS di kawasan tersebut. Sayangnya, saat itu tak seorang pun tahu tentang penyebaran HIV yang semakin mengganas.

Masih mengutip sumber yang sama, meningkatnya jumlah PSK menjadi elemen penting dari epidemi HIV/AIDS. Faktor ketidaksetiaan pasangan juga menjadi penyebab dari fenomena mengkhawatirkan penyebaran penyakit tersebut. Hingga hari ini, para aktivis penanggulangan HIV/AIDS di Afrika terus berjuang agar persoalan-persoalan tersebut bisa diatasi secepatnya sejalan dengan upaya menangani orang-orang yang sudah tertular penyakit tersebut.

Bagaimana dengan Indonesia? Di Asia Tenggara, Indonesia termasuk ke dalam negara dengan penyebaran HIV/AIDS paling cepat. Seperti disebukan di atas, tingginya tingkat penyebaran infeksi HIV/AIDS ini berawal dari keengganan masyarakat melindungi dirinya sendiri menggunakan kondom.

Menurut aktivis untuk AIDS, Baby Jim Aditya, setiap tahun penderita baru HIV/AIDS mencapai 4 juta orang. Dalam seminar bertema “Getting To Zero 2015: Melindungi Keluarga dan Perempuan Indonesia dari Infeksi HIV/AIDS, Sanggupkah?”, Baby menyebutkan dari tahun 2002 hingga September 2011, perkembangan HIV/AIDS di Indonesia naik hingga 15 kali. Pria penderita AIDS berjumlah 19.139 orang, sementara wanita 7.255 orang

Yang memprihatinkan, wanita kerap menjadi “korban” pria karena konsep patrialisme yang diusung banyak rumah tangga di Indonesia. Bahkan, menurt Baby, ditilik dari pekerjaan, ibu rumah tangga yang baik menempati urutan ketiga sebagai penderita.

Peduli

Menteri Kesehatan (Foto: lingkarjabar.net)
Mencermati fenomena terus meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia, lalu apa yang harus dilakukan? Salah satu faktor penting menanggulangi penyebaran HIV/AIDS adalah meningkatkan kepedulian semua orang terhadap penyakit ini. Berkaca pada kasus penyebaran HIV/AIDS di Afrika, ketidakpedulian terhadap penyakit tersebut menyebabkan penduduk di benua tersebut terjerembab dalam masalah tersebut. Hingga kini, lembaga-lembaga dunia dan negara-negara maju terus berupaya membantu agar penyebaran HIV/AIDS di negara tersebut ditanggulangi.

Para tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama serta unsur-unsur lain di masyarakat harus mendapat informasi yang gamblang mengenai mencuatnya fenomena ini. Diskusi yang terus-menerus hingga mendapatkan pemahaman yang sama mengenai penanggulangan penyakit ini harus dilakukan. Semua harus diajak untuk lebih peduli terhadap masalah ini.

Para aktivis peduli HIV/AIDS tidak boleh menyerah dengan kritikan pihak-pihak tertentu di masyarakat mengenai langkah-langkah pencegahan. Pihak-pihak yang mengkritik itu sesungguhnya belum mengerti mengenai maksud sebenarnya dari pencegahan tersebut. Para aktivis tidak boleh berhenti menyerukan penggunaan kondom. Upaya ini merupakan salah satu solusi untuk mencegah semakin merebaknya penyakit ini. Penggunaan kondom tidak hanya bagi laki-laki, tapi juga perempuan-perempuan yang memiliki resiko tinggi terkena penyakit tersebut.

Kampanye pencegahan di ruang-ruang publik, sekolah, rumah ibadah dan lembaga-lembaga lainnya harus terus-menerus dilakukan. Penyebaran informasi melalui berbagai media dari mulai website, media cetak, televisi hingga selebaran harus lebih gencar lagi dilakukan.

Pemerintah sendiri sudah saatnya melokalisasi perempuan-perempuan pekerja seks komersial. Tujuannya agar pengawasan terhadap mereka bisa dilakukan lebih efektif. Slogan no condom, no sex harus digalakkan secara terus-menerus. Para pekerja seks harus diberikan pengetahuan memadai hingga muncul kesadaran mengenai bahaya penyakit HIV/AIDS bagi kehidupan mereka. Poster-poster yang menunjukkan bahaya penyakit HIV/AIDS dipasang di semua ruang lokalisasi. Pemerintah harus bertindak tegas terhadp semua praktik prostitusi di luar lokalisasi dengan mengenakan sanksi hukum yang tegas, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.

Saat ini, masyarakat Indonesia seharusnya tidak lagi berpikir penanggulangan HIV/AIDS tugas pemerintah dan lembaga terkait. Penanggulangan HIV/AIDS menjadi kewajiban seluruh masyarakat dalam rangka menyelamatkan kehidupan anak bangsa. Upaya-upaya pencegahan penyebaran HIV/AIDS yang salah satunya melalui penggunaan kondom tidak boleh kalah oleh suara orang-orang yang sepintas peduli dengan persoalan, namun justeru menjerumuskan masyarakat pada bahaya HIV/AIDS yang sesungguhnya. Semua upaya itu harus dilakukan jika kita tidak ingin kelak melihat Indonesia menjadi Afrika kedua dalam penyebaran HIV/AIDS.******[karnali faisal]

Referensi:
http://www.news-medical.net/health/What-is-HIVAIDS-%28Indonesian%29.aspx
http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS
http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2012/12/121201_aids_hiv_seksual.shtml

3 komentar:

  1. Selamat ya Kak bisa ke Ethiopia berkat tulisan ini

    BalasHapus
  2. Ok, terima kasih ya. Semoga jadi motivasi kita semua. Terima kasih udah mampir di blog q. Salam.

    BalasHapus
  3. Apakah anda termasuk seorang yang terinfeksi HIV/AIDS? tidak memiliki biaya untuk terapi ARV? ingin mengakhiri hidup?
    JANGAN DULU!!!!! saya punya solusinya!
    mungkin bisa membantu anda sekalian atau kerabat dekat anda dengan biaya 15.000 per hari, atau anda lebih memilih terapi ARV? dengan harga 200.000 per hari?
    TENTU PILIH LAH 15.000 per hari tanpa BAHAN KIMIA dan JAMPI-JAMPI! MURNI ILMU SAINS, TERUJI DI beberapa UNIVERSITAS TERNAMA DI KANADA, AMERIKA SERIKAT, dan EROPA...
    SEGERA HUBUNGI SAYA! DI 08993348711 a/n DAVID! INSYALLAH saya membantu anda menuju HIDUP YANG LEBIH BERMAKNA DAN SEHAT!
    SALAM SEHAT!!!!
    KAMI SIAP MENYEHATKAN INDONESIA!
    PRODUK KAMI JUGA SIAP MENAIKAN JUMLAH SEL CD4 ANDA! GARANSI UANG KEMBALI... BUKAN OBAT TELAN MAUPUN SIRUP! BUKAN JUGA PENGOBATAN ALTERNATIF! DIJAMIN HALAL 1001%!
    SAYA BENAR2 RINDU MEMBANTU SAUDARA2 SEKALIAN YANG KESUSHAN KARENA KEKURANGAN SEL CD4 ini..
    Hub 08993348711...

    BalasHapus